Posted in Catatan Naylaa

Berangkat dari Keterbatasan

Di tengah-tengah membuka lembar-lembar paper, saya mengarahkan kursor ke arah youtube untuk sekedar merefreshing otak sejenak. Dan kali ini, akun advertisement di youtube yang biasanya menampilkan iklan-iklan produk, menampilkan short story berbeda. Software Enables Hands-Free Art | Meet Astro Saulter. Sebuah kisah singkat tentang seorang disable dengan segala keterbatasannya dalam berbicara, menggerakan tangannya, bahkan mengenakan kursi roda.

astro

Coba buka sejenak. Tayangan pagi ini cukup membuat saya menghargai hidup saya akan karena saya masih memiliki kelebihan berupa fisik yang lengkap. Jika seorang disable saja bisa berpikir dan berkarya melebihi apa yang seorang ‘able‘ saja bisa, mengapa kita yang sempurna tidak?
Continue reading “Berangkat dari Keterbatasan”

Posted in Catatan Naylaa

Memakna Syukur

Bagi mereka yang sering bersama saya ketika di masa kuliah, mereka pasti akan mengenal saya sebagai orang yang paling sering bilang, jangan lupa bilang kata “tolong”, dan “terima kasih”. Bukan hanya menjadi satu dua baris kata, tapi sarat akan makna. Bukan mengharap pujian atau pun sanjungan. Pun untuk hal sekecil apa pun yang kita terima dari seseorang. Tak menghargai yang kecil, takkan mampu menghormati yang lebih besar. Dan ketika tak bisa membiasakan diri berterima kasih kepada manusia, takkan mudah untuk mensyukuri yang Allaah beri. Dengan selalu tak mendapatkan apa yang kita sukai, kita akan terbiasa untuk berusaha menyukai apa yang kita punyai. Maka jadilah ia sebagai bentuk kesyukuran tiada tara.

Mengucap syukur itu melatih ketakjuban. Terbiasa mengucap syukur pada hal kecil, maka kita akan menerima hal besar sedikit saja akan timbul perasaan luarbiasa bahagia. Dunia terasa mengalir memberi nikmat. Berbalik rasanya tatkala menerima sedikit itu terasa sempit di hati dan kurang. Tak akan ada rasa puas, selalu ingin bertambah dan bertambah. Hati ini jadi tak lapang dan sempit.
Continue reading “Memakna Syukur”